Qaulan Sadida

Tulisan Enteng Berisi untuk Pribadi yang Lebih Baik


Tinggalkan komentar

العلم قبل القول و العمل

(Mengetahui Ilmunya sebelum Berkata dan Berbuat)

KONSEP AMAL ILMIAH DAN ILMU AMALIAH

Tulisan kali ini membahas tentang dasar berpijak dalam bertindak. Manhaj yang lurus dalam beramal. Sepele, namun bukan hal yang patut untuk disepelekan. Enteng, namun tidak bisa dianggap enteng.

Sebagai menu pembuka, terdapat dalil yang termaktub dalam firman Allah SWT dalam QS. Luqman: 22.

وَ إِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ أَنْزَلَ اللهُ قَالُوْا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَا أَ وَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوْهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِيْرِ.

Artinya:

Ketika dikatakan kepada mereka, “Marilah kita ikuti wahyu Allah SWT”. Mereka menjawab, “Justru kami ini mengikuti apa-apa yang telah dibuat-buat oleh nenek moyang kami”. Dan apakah mereka akan mengikuti nenek moyang mereka, sedangkan setan itu menyeru mereka kepada siksaan yang pedih.

Firman Allah dalam QS. Luqman: 15.

وَ إِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُتِعْهُمَا وَ صَاحِبْهُمَا فِي اْلأَرْضِ مَعْرُوْفًا وَ اتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ.

Artinya:

Dan jika keduanya (orang tuamu/ nenek moyangmu) memaksamu untuk melakukan perbuatan yang menunjukkan kesyirikan kepada-Ku, maka jangan kamu ikuti keinginannya. Dan bergaullah dengan mereka di dunia dengan baik. Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku lah tempat kembali kalian. Dan akan Aku beritakan kepada kalian tentang apa-apa yang telah kalian kerjakan (di dunia).

Hadits shahīh riwayat Imam Al-Bukhari.

حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ رَوَاهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ الْمَخْرَمِيُّ وَعَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ أَبِي عَوْنٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ (رواه البخاري: 2499)

Artinya:

Ya’qub telah menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Sa’d telah menceritakan kepada kami, dari ayahnya, dari Al-Qasim bin Muhammad, dari Aisyah ra., dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa mengerjakan suatu perbuatan tanpa dasar ilmu, maka amalan itu tertolak”. (HR. Al-Bukhari: 2499)

Firman Allah SWT di dalam ayat 22 Surat Luqman di atas, memberikan gambaran bahwa kebanyakan manusia lebih suka meniru-niru apa yang dilakukan oleh orang tua maupun nenek moyang mereka. Meskipun sudah diserukan bahwa perbuatan itu nyata-nyata merupakan bentuk kesyirikan kepada Allah SWT. Namun mereka tetap bersikeras dengan tradisi orang tua atau nenek moyang mereka.

Ditegaskan lagi di dalam ayat 15 Surat Luqman, bahwa akar kesyirikan berasal dari keluarga. Orang tua atau nenek moyang yang dipandang “linuwih”, sehingga apapun perkataannya dan perbuatannya selalu diikuti oleh anggota keluarganya beserta orang-orang yang menghormatinya (taqlīd buta). Bahkan anak keturunan mereka yang sudah mengenyam pendidikan lebih tinggi pun tidak mampu berbuat banyak dalam menghadapi kekolotan mereka.

Bahkan Rasulullah SAW telah menyatakan secara gamblang. Segala amal yang berhubungan dengan ibadah khusus ketika dikerjakan menyalahi aturan dan tuntunan yang telah dicontohkan oleh Pembuat Syariat, maka amalan tersebut tertolak. Tidak diterima oleh Allah SWT.

Ada banyak amalan dan tradisi nenek moyang yang faktanya bertentangan dengan wahyu ilahiah, akal sehat, dan hati nurani. Segala hal yang dipertontonkan di muka umum dijadikan tuntunan, segala hal yang dituntunkan ketika diamalkan malah menjadi tontonan dan buah bibir masyarakat. Sebagai contoh adalah kehidupan manusia dari lahir hingga kematiannya.

Sejak manusia lahir hingga mati, sarat akan tradisi dan upacara-upacara ritual. Mulai dari mitoni, tingkeban, sepasaran bayi, selapan bayi, tedhak siten, khitanan, pernikahan, sampai kematian dengan kenduri dan bacaan surat Yasin serta tahlilan yang diadakan pada hari ke-7, ke-30, ke-100, hingga ke-1000 kematian seseorang. Jelas, hal-hal yang seperti ini bertentangan dengan syariat.

Bahkan Islam pun telah memberikan rambu-rambu bagi keluarga tentang hukum-hukum keluarga. Bagaimana amalan-amalan sunnah masa kehamilan, amalan-amalan sunnah ketika seorang anak lahir ke dunia, persiapan menjelang pernikahan, dan ketika seorang manusia berpulang ke hadirat Allah SWT. Tetapi pada kenyataannya, kebanyakan manusia mengikuti tradisi yang dibudayakan oleh nenek moyang mereka dan mencampuradukkan antara tradisi nenek moyang yang menyimpang dengan tuntunan syariat. Bisa jadi hal ini terjadi karena ketidaktahuan, atau mungkin karena fanatik.

Allah SWT telah menunjukkan pendidikan yang baik dalam menghadapi kasus-kasus demikian. Yaitu dengan tidak mentaati apa-apa yang mereka inginkan dari tradisi-tradisi yang berbau syirik kepada Allah SWT. Kemudian diimbangi dengan pergaulan yang baik kepada mereka sebagai usaha yang santun dengan harapan agar Allah SWT membukakan pintu hidayah kepada mereka (QS. Luqman: 15).

Oleh karena itu, alangkah mulianya derajat orang yang berilmu. Bukan hanya tradisi nenek moyang yang menyimpang saja (Yasinan, tahlil, dll.) yang harus dihindari, namun juga budaya asing yang masuk, patut diseleksi untuk mempertahankan fondasi keimanan seseorang (mode pakaian, pergaulan bebas, makanan, pola hidup hedonis, valentine day, dll.).

Idealnya, sebagai seorang muslim, sudah barang tentu dimanapun ia berada harus selalu menegakkan syiar-syiar Allah SWT sesuai dengan kemampuannya. Selektif dalam menjalankan tradisi nenek moyang serta selektif dalam memilih budaya asing yang ada. Sehingga dirinya dan keluarganya tidak terombang-ambing dalam kebingungan yang menyebabkannya terperosok dalam jurang kehinaan.

Masih ada tradisi nenek moyang yang sejalan dengan semangat syiar Islam. Antara lain semangat gotong royong, silaturahmi, toleransi, dll. Tradisi yang seperti inilah yang utamanya dilanggengkan. Pun, terdapat budaya asing yang dapat diambil semangatnya seperti pengembangan iptek, semangat pengembangan budaya keilmuan, dll. Sehingga akan terwujud janji Allah SWT berupa kemuliaan derajat orang yang beriman kepada Allah SWT dan berilmu. Tentu saja ilmu yang tidak terhenti pada pengetahuan teoretis saja, namun juga mulai diwujudkan dalam perbuatan dan produk-produk ilmiah.

Lebih dari itu, bukan hanya tradisi nenek moyang dan budaya asing, namun setiap kali seorang muslim akan mengerjakan amal ibadah baik yang khusus maupun yang umum, alangkah utamanya ketika dia juga mengetahui ilmunya. Sehingga niat yang lurus akan terbentuk, jalannya amal dan ibadah menjadi khusyuk, dan ridha Allah SWT serta pahala-Nya akan menumpuk.

Alangkah indahnya ketika setiap muslim mengerjakan segala sesuatu berdasarkan ilmu. Sehingga ilmu yang didapat langsung diamalkan dan amalan tersebut berdasarkan ilmu yang kuat. Maka, sungguh indah slogan atau jargon milik Ortom IMM, yang berbunyi: “Ilmu Amaliah dan Amal Ilmiah”.

Sebagai penutup, tersaji firman Allah dalam QS. Luqman: 33.

يَآ أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ وَ اخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِيْ وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَ لاَ مَوْلُوْدٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَّالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَوةُ الدُّنْيَا وَ لاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُوْرُ.

Artinya:

Wahai manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian. Dan takutlah pada Hari (Kiamat) dimana seorang ayah tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat menolong ayahnya sedikitpun (akibat perbuatannya di dunia). Sesungguhnya janji Allah itu benar. Maka jangan sampai kehidupan dunia membuatmu terlena. Dan jangan sampai setan (penipu) membuatmu terlena dari ketaatan kepada Allah.

Wallāhu a’lam bish shawab.


Tinggalkan komentar >

Telah banyak rentetan peristiwa provokasi yang menyita perhatian dan menyulut emosi. Sebagian muslim seringkali tidak memperhatikan aspek kesabaran dan bertabayyun dalam memberikan reaksi. Sehingga bisa memicu terjadinya tindakan anarkis yang membahayakan.

Sekedar memberikan gambaran untuk mengingatkan berbagai peristiwa di antaranya:

  1. Pembakaran Al-Qur’an
  2. Pembuatan karikatur Nabi Muhammad SAW
  3. Tuduhan Teroris
  4. Tuduhan Intoleran
  5. Isu gender dan ketidakadilan
  6. Penerbitan buku yang menghina Nabi Muhammad SAW, ajaran Islam, dll.

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menanggapi peristiwa-peristiwa di atas. Namun secara sederhana ingin menyampaikan penekanan pada pentingnya mindset atau worldview dalam menanggapi berbagai berita baik di dunia nyata, dunia maya, maupun di media massa. Sehingga setiap muslim dapat menyikapi dengan bijak serta memberikan tanggapan atau serangan balik dengan santun. Dengan demikian, provokator di balik munculnya berita akan gigit jari.

Sebagai sajian pembuka, terdapat dalil dalam Al-Qur’an dan Hadits yang menerangkan tentang pentingnya mindset atau worldview.

Firman Allah SWT dalam Surat Al-Hujurat: 7.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Hadits riwayat Abu Dawud.

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ بَكْرٍ حَدَّثَنَا ابْنُ جَابِرٍ حَدَّثَنِي أَبُو عَبْدِ السَّلَامِ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

Artinya:

Abdurrahman bin Ibrahim ad-Dimasyqi telah menceritakan kepada kami, Bisyr bin Bakr telah menceritakan kepada kami, Abu Abdussalam telah menceritakan kepadaku, dari Tsauban ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Hampir saja umat manusia mengerubuti kalian sebagaimana mengerubuti makanan di piring. berjumlah banyak, tetapi (bagai) buih, seperi buih air bah. Dan Allah benar-benar mencabut rasa takut dari musuh kalian terhadap kalian, dan menyusupkan ke dalam dada kalian wahn”. Seseorang bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?” Beliau bersabda: “Cinta dunia dan takut mati”. (Sunan Abu Dawud: 4297).

Berawal dari ayat dan hadits di atas, untuk me-mindset (mengubah pola pikir), pertama kita harus menyadari beberapa hal sebagai berikut.

  1. Tahu diri/ tahu posisi Islam saat ini

Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami posisi umat Islam saat ini. Permusuhan terhadap Islam tidak akan berhenti sampai akhir zaman. Justru dari konsep ini muncul perintah berjihad. Selain dari peristiwa-peristiwa yang begitu nyata permusuhannya, permusuhan ini bukan hanya klaim sepihak. Akan tetapi musuh ingin memecah belah kesatuan umat Islam dengan berbagai cara. Sehingga misi musuh-musuh Islam dapat dilancarkan tanpa membuang banyak tenaga. Banyak muslim yang terpengaruh propaganda sesat sehingga tanpa sadar, sesama muslim bisa saling berperang hanya karena berbeda pendapat.

  1. Tahu yang diinginkan musuh terhadap Islam

Umat Islam adalah ummatan wasathan, khaira ummah, serta rahmatan lil ‘ālamīn. Untuk memporak-porandakan barisan Islam, musuh-musuh Islam telah mempersiapkan segala rencana dan perangkapnya dengan memunculkan berita dan wacana negatif tentang Islam ke seluruh penjuru dunia. Semua ini dimaksudkan untuk membenarkan pendapat mereka bahwa Islam sebagai umat intoleran, agama kekerasan (baca: teroris), bahkan lebih keji lagi dengan menghina Nabi Muhammad SAW secara terang-terangan.

Seluruh muslim sepakat bahwa semua tindakan itu adalah melecehkan kehormatan Islam. Berdasarkan dalil Al-Qur’an Surat al-Hujurat: 7, seorang muslim disyariatkan untuk bertabayun untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Jika misi mereka sudah diketahui, maka hal-hal semacam ini dapat disikapi dengan bijak dan santun, sehingga umat Islam tidak masuk ke dalam perangkap mereka.

Sebagai penyeimbang, sudah seharusnya setiap muslim berkaca pada diri sendiri untuk introspeksi:

  1. Tradisi keilmuan umat Islam jauh dari risalah kenabian dan manhaj yang lurus sehingga jauh tertinggal dari umat yang lain. Tak dapat dipungkiri, banyak musuh Islam yang mempelajari Islam untuk meracuni umat Islam dari dalam. Mencari-cari kesalahan umat Islam untuk memecah-belah jamaah. Bahkan ada cendekiawan yang mengaku muslim dengan membangga-banggakan keilmuan baratnya dengan angkuh “memperkosa” syariat. Akibatnya muslim awam yang menjadi korban.
  2. Al-Qur’an yang dibawa Rasulullah SAW beserta sunnahnya telah mengilhami para pembacanya baik dari kalangan shahābat, tābi’īn, atbā’ut tābi’īn hingga sampai kepada para pemikir Islam (baca: ulama) untuk mengambil hikmahnya yang kemudian diterapkan dalam berbagai hal di antaranya akidah dan filsafat, logika dan mantik, hukum, iptek, ekonomi, keluarga, dll.

Kedua sumber utama Islam ini menelurkan hikmah, pelajaran, dan peradaban yang tiada habisnya. Namun, semuanya kembali kepada pemegangnya. Akan diapakan kedua pusaka tersebut. Akankah diimani, dibaca, ditadabburi, untuk kemudian diamalkan menjadi pedoman hidup ataukah hanya sebagai hiasan lemari, dinding, bahkan jimat? Atau bahkan akan dihujat, dicerca, dan dibakar?

  1. Allah SWT telah memberikan contoh, hikmah, dan teladan dari umat terdahulu. Bagaimana kesudahan umat yang taat kepada Allah SWT dan Nabi-Nya dan bagaimana pula kesudahan umat yang membangkang kepada Allah SWT dan membunuh Nabi-nabi mereka. Kini muncul kembali para pendengki dari musuh Islam dengan membuat karikatur dan film yang menghina Rasulullah SAW.

Dengan memahami kondisi dan posisi Islam saat ini serta menelaah apa misi mereka, maka hal yang demikian itu malah menunjukkan kebodohan mereka terhadap kebenaran Islam. Bukankah apa yang mereka gambarkan hanyalah gambaran kedengkian mereka sendiri yang tidak bisa mengelak bahwa gambar idola atau Tuhan mereka sendiri tidak jelas karakter dan sifatnya? Subhānallāhi ‘ammā yusyrikūn.

Berbicara mindset atau worldview, tentu bukan urusan mudah karena terbentuk dalam proses yang tidak sebentar. Namun demikian, bukan berarti sebagai generasi muslim menjadi pasif, namun perlu dipahami bahwa dunia tidak lepas dari visualisasi (image makes news). Dari sinilah orang menjadi mudah untuk menilai sesuatu.

Sebagai seorang muslim yang berilmu, sudah sewajarnya berlaku arif dan bijaksana dalam menyikapi berbagai berita. Jika itu lebih mengarah kepada provokasi, hendaknya disikapi dengan mendahulukan hujjah yang nyata serta argumentatif. Sehingga umat Islam terhindar dari efek provokasi yang sering kali menyulut emosi dan tindak anarkis. Bisa jadi hal yang demikian itu dimunculkan semata untuk mencari sensasi sesaat dan buah bibir di masyarakat. Ketika reaksi umat berlebihan, secara tidak langsung telah mengangkat persoalan tersebut ke permukaan.

Hari Raya Idul Adha sebentar lagi akan tiba. Banyak amalan-amalan yang utama dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah. Mari perkaya diri dengan khazanah Islam untuk membentengi diri sekaligus menjadi umat kebanggaan Nabi Muhammad SAW.

“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (Al-An’am: 68)

Wallāhu a’lam bish shawab.


1 Komentar

Sedekah dengan Ilmu, Siapa Takut!?

Assalamu’alaikum, para pembaca yang budiman!

Alhamdulillahirabbil’alamin. Shalawatu wassalamu ‘ala Rasulillah. Kita masih diberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani yang kita rasakan sampai saat ini. Yang semua itu pantas untuk disyukuri dengan hamdalah serta mengamalkan kebaikan di muka bumi. Berkaitan dengan ini, agama Islam telah mensyariatkan kebaikan. Jika mendapat kebaikan, maka syukurilah dengan hamdalah. Namun jika mengalami cobaan, sabarlah dengan istighfar, usaha, dan tawakal.

Ada banyak cara manusia untuk mensyukuri sebuah nikmat terlepas cara yang makruf atau yang mungkar. Ada segolongan orang yang menunjukkan rasa syukurnya dengan hura-hura, corat-coret seperti yang kita pernah jumpai saat pengumuman kelulusan, dan juga dengan menyelenggarakan pesta pora. Tapi ada juga yang mensyukurinya dengan hamdalah dibarengi dengan perbuatan yang menunjukkan rasa syukur seperti syukuran, bernadzar, bersedekah dengan sebagian apa yang dimiliki darinya, dsb.

Syukuran, menunaikan nadzar, dan sedekah, semuanya itu telah disyariatkan Islam melalui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bentuk syukuran ada bermacam-macam. Ada yang menggelar acara makan bersama di sekolah, di rumah, atau di luar rumah. Ada yang bernadazar untuk berpuasa, bernadzar untuk berhenti merokok, serta bernadzar untuk sarana menuju pada kebaikan menurut rel al-Qur ‘an dan as-Sunnah. Dan ada pula yang bersedekah dengan sebagian apa yang dimiliki darinya. Misalnya sedekah dengan harta yang dialokasikan untuk disumbangkan ke yayasan panti asuhan, atau yayasan sosial yang lain. Perlu kita ketahui bahwa sedekah itu tidak harus dengan harta, bisa dengan tenaga dengan mengabdi pada yayasan islam sosial, bisa dengan pemikiran dengan menyubangkan ide-ide cemerlang untuk mengadakan perubahan, atau bisa juga dengan ilmu, yakni dengan mengajarkannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Dan bahkan bisa juga dengan cara-cara syar’i yang lain.

Saya sendiri telah mencontohkan bahwa saya telah menunjukkan rasa syukur dengan bersedekah dengan ilmu. Saya bersyukur pada Allah ‘Azza Wa Jalla karena dengan pertolongan dari-Nya, saya bisa lulus UAN dengan nilai tertinggi di kelas. Kegiatan ini telah saya rintis sejak pertengahan Mei seusai UAS. Saya mulai tergugah hati untuk membimbing adik kelas terutama kelas X untuk membangkitkan serta membakar ghirah mereka untuk kembali belajar. Alhamdulillah, rencana saya disambut hangat oleh guru mata pelajaran dan oleh para siswa. Dan disamping itu juga, saya bisa berdakwah melalui pendidikan formal dan juga non formal. Sekarang, adik kelas X sedang menjalani UUB Semester II. Alahmdulillah saya telah cukup memberikan bekal mental dan spiritual. Mereka yang telah saya bimbing, Insya Allah bertambah kemapuan dan keikhlasan mereka. Dan disini pula kita bisa menanamkan kesadaran utnuk tidak berusaha untuk mencotek dan berbuat kecurangan yang lain. Disamping itu, kita telah memberikan bantuan sosial dan psikis kepada mereka. Karena kita masih punya perhatian dan simpati kepada mereka, sehingga tali persaudaraan semakin terjalin dengan kuat.

Sebenarnya ada banyak manfaat dari bersyukur dengan sedekah. Ketahuilah, bersedekah tidak membuat kita semakin miskin, namun justru akan membuat kita semakin kaya di mata Allah Ta’ala. Maka marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan untuk menggapai ridha Allah Suhanahu Wata’ala. Mari muliakan diri di mata Ilahi dengan banyak bersukur dan bersedekah. Wallahu’alam bish-shawab.

Wash-shalawatu ‘ala Rasulillah, wa ashhabihi ajma’in. Wassalamu’alaikum!


1 Komentar

Segala Amal Tergantung pada Niatnya

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!

Kaifa halukum ya akhi, para pembaca sekalian! Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan dan umur yang barakah. Setiap saat kita akan beraktivitas, pasti membutuhkan niat yang jelas. Jika kita berwudhu, pasti kita akan berniat untuk mengerjakan sholat.Dan masih banyak contoh-contoh lain di dalam kehidupan kita sehari-hari.

Berkaitan dengan hal ini, disebutkan dalam hadits yang tercantum di Hadits Arba’in an-Nawawiyah, dari amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Khattab, bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Sesungguhnya segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai apa ang menjadi niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang ingni dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya.” (Muttafaqun ‘Alaih).

Hadits ini merupakan salah satu pokok penting ajaran Islam. Imam Ahmad dan Syafi’i mengatakan bahwa hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Hal itu karena perbuatan manusia terdiri dari niat dalam hati, ucapan, dan tindakan. Sedangkan niat merupakan salah satu dari tiga bagian itu. Sebagaimana diperjrlas lagi dengan pengertian iman menurut etimologi, yakni iman itu adalah meyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dalam perbuatan. Sungguh mulia kedudukan hadits ini. Sampai-sampaipara ulama gemar memulai karangan-karangan mereka dengan mengutip hadits ini.

Jadi fungsi niat adalah untuk membatasi atau menetapkan sesuatu yang diinginkan. Kadang ditetapkan sebagai sesuatu yang mutlak dan juga sesuatu yang terbatas. Sebagai contoh, jika seseorang berwudhu untuk mendirikan sholat, maka niat wudhunya dibatasi untuk mendirikan sholat. Jika seseorang berniat belajar untuk menuntut ilmu syar’i, maka niatnya akan tertuju kepada ilmu syar’i tersebut.

Namun pada kenyataannya banyak kita dapati orang yang berbeda antara apa yang ada di lisan dan di dalam hatinya. Tampak oleh mata kita bahwa di masjid ada orang yang sedang khusyuk tadarrus al-Qur ‘an. Namun ternyata hanya diniatkan untuk mendapatkan pujian orang lain. Bahkan dalam kehidupan berorganisasi di lingkungan sekolah. Tak jarang siswa atau siswi yang masuk organisasi didasari hanya karena pacarnya ikut organisasi tersebut. Masya Allah! Kalau begitu, dia hanya mendapati dekat dengan pacarnya saja. Sedangkan hikmah dan rahmat-Nya belum tentu akan didapati olehnya.

Begitu pula dalam hal hijrah. Hadits ini turun berkenaan dengan peristiwa perintah hijrah Rasulullah ke Madinah Al-Munawwarah. Ada peristiwa yang menarik yang dapat kita jadikan pelajaran. Yaitu adanya seorang lelaki yang ikut hijrah ke Madinah hanya untuk menikahi seorang perempuan bernama Ummu Qais. Dia berhijrah tidak untuk mendapat ridha dan pahala Allah, karena itu ia dijuluki Muhajir Ummu Qais.

Uleh karena itu akhi, mari kita perbaiki niat kita dalam setiap beramal untuk ditujukan hanya kepada Allah Ta’ala saja. Karena harapan untuk mendapat (to have) akan selalu mengikuti keinginan dalam berniat (to be) dan keterampilan dalam beramal (valensi) meskipun kita tidak ingin mengharap imbalan jasa. Wallahu a’lam bishshawab. Washshalawatu ‘ala Rasulillah wa ashabihi ajma’in.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Tinggalkan komentar

Pentingnya Ilmu Syar’i

“Ilmu bagaikan cahaya terang yang menerangi kegelapan. Maka ilmu tidak akan dimiliki oleh para ahlu maksiat.”

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!

Alhamdulillah wa syukurillah, kita masih diberikan nikmat berupa iman, islam, dan ihsan. Yang dengannya kita mampu menikmati segala karunia Allah Azza Wa Jalla dengan penuh keikhlasan. Wash-shalawatu ‘ala Rasulillah.

Dalam setiap mengawali suatu pekerjaan, selain diperlukannya niat pasti juga perlu adanya ilmu yang mendasarinya. Dan setiap kita pasti membutuhkan ilmu. Secara prioritas, ilmu dibagi menjadi dua. Yakni ilmu yang wajib untuk dicari oleh setiap muslim (fardhu ‘ain) dan ilmu yang hanya diwajibkan bagi sekelompok orang saja (fardhu kifayah). Ilmu fardhu ‘ain contohnya ialah ilmu tentang akidah, iman, dll. Sedangkan ilmu fardhu kifayah contohnya ialah ilmu faraidh, dll.

Berkaitan tentang hal ini, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan.” Dan hadits beliau yang lain, “Barang siapa yang menuntut ilmu (syar’i) maka akan dimudahkan baginya jalan menuju surga.”

Maka bagi kita berkewajiban untuk menuntut ilmu syar’i. Di tengah perkrmbangan zaman yang melenakan, kita sering terlupa akan pentingnya ilmu. Di saat sebagian orang muslim berkumpul di suatu majelis ta’lim, masih ada dari kita yang terbuai dalam kenikmatan semu dunia, hura-hura, menghabiskan waktu untuk pergi ke konser, bertabarruj, mengutamakan hawa nafsu, menyepelekan nasihat kebaikan, merusak akhlak dengan perbuatan maksiat, dan berbagai macam bentuk kezaliman yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.

Sungguh merugi orang-orang yang terlena dalam waktunya sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an Surat al-‘Ashr : 1-3, kecuali orang yang beriman dan yang saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran. Sungguh generasi muslim saat ini terjauh dari ilmu. Bahkan jika mereka ditanya tentang syari’at islam yang ringan, mungkin mereka tidak tahu. Misalkan saja tanyakan pada mereka tentang tata cara mandi janabat yang sesuai syari’at. Bisa dipastikan mereka kebanyakan akan kebingungan. Untuk lebih memudahkan pemahaman, misalkan saja ada sumber mata air di puncak gunung. Anggaplah mata air tersebut adalah mata air ilmu murni dari Rasulullah. Jika kita langsung meminumya tanpa dimasak dahulu, pastilah kita berani (untuk meminumnya). Karena mata air tersebut masih murni, dekat dengan sumbernya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam). Lalu mata air tersebut mengalir ke lereng gunung sehingga sampai ke sungai. Katakanlah sampai ke Kali Code yang notabene airnya kotor dan tercampuri dengan kotoran dan limbah. Saya berani menjamin pasti antum tidak akan berani meminum air kali tersebut meski sudah dimasak. Karena secara zatnya, air itu kotor. Begitu pula dengan ilmu di zaman sekarang. Dia sudah terkontaminasi dengan kotoran bid’ah, pemahaman-pemahaman yang bertentangan dengan Akidah Ahlu Sunnah, dan terjauh dari pemahaman Ulama salaf.

Maka sudah kewajiban bagi kita untuk lebih mengutamakan ilmu syar’i dari ilmu yang lain. Sehingga kita dapat mengetahui secara lebih jelas tentang dunia kita (al-Islam). Karena sudah bukan hal yang asing lagi bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, namun yang betul-betul memahami agamanya hanya sedikit orang. Mari kita tunjukan bahwa Islam adalah agama Rahmatan lil ‘alamin dengan menuntut ilmu syar’i.

Wallahu a’lam. Wash-shalawatu ‘ala Rasulillah. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!


Tinggalkan komentar

Tawakkallah kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, Niscaya akan Selamat!

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!

Selamat malam ya akhi, para pembaca rahimakumullah. Masih menyangkut tulisan ane yang lalu, tentang sms berantai, ternyata itu semua telah terbukti ‘ndobos’!!! Kenapa? Karena takdie bukan di tangan sms. Ane tidak menyebarkan sms itu, tapi tetap lulus dan bikhoir saja (ridha Allah)! Inilah yang ingin ane ungkap.

Tawakkallah kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, niscaya akan selamat. Ya, dalam hadits qudsi Allah berfirman bahwasanya Dia menurut persangkaan hambanya. Jika hamba-Nya berprasangka baik, maka Allah akan memberi kebaikan kepadanya.Namun jika hamba-Nya berprasangka buruk, maka keburukan dari Allah atasnya.

Alhamdulillah! Allah Maha Besar! Saya telah bertawakkal pada Allah dan Dia memberikan yang terbaik kepada saya. Yakni berupa kelulusan dengan nilai tertinggi di kelas. NEM 25.80 dengan rata-rata 8.60! Inilah bukti nyata tentang hadits qudsi di atas

Ane khawatir dengan si Fulan yang telah mengirim sms berantai tersebut. Apakah dia lulus ataukah tidak lulus? Semoga Allah memberikan yang terbaik padanya. Ane berharap semoga Allah Ta’ala menyadarkannya. Amin. Wallahu a’lam bishshawab!

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!

Abu Bardawi, 15 Juni 2007.